Kamis, 03 September 2015

TENTANG KOTA KEDIRI




Gambaran Umum Kabupaten Kediri

Sejarah : Kediri berasal dari kata “Diri” Yang artinya “Adeg” (berdiri) mendapat awalan “Ka” menjadi “Kadiri” yang berarti “Menjadi Raja” juga dapat berarti mandiri atau berdiri tegak, berkepribadian atau berswasembada. Kabupaten Kediri dibentuk tanggal 25 Maret 804 Masehi lewat tangan Bagawanta Bhari. Kediri sejak dulu merupakan salah satu daerah yang memegang peranan penting dalam membentuk serta mewarnai sejarah Nusantara. Sedangkan agama mayoritas adalah Islam dengan sebagian Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha.
Wilayah Kabupaten Kediri terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Timur pada koordinat antara 111º 47’ 05”s/d 112º 18’ 20” Bujur Timur dan 7º 36’ 12” s/d 8º 0’ 32” Lintang Selatan. Kabupaten memilki luas wilayah 1.386,05 km² atau 138.605 Ha yang terbagi menjadi 26 kecamatan, 344 kelurahan/desa serta berpenduduk lebih dari 1.500.000 jiwa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
  1. Sebelah Utara : Kabupaten Jombang dan Kabupaten Nganjuk
  2. Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung
  3. Sebelah Timur : Kabupaten Malang dan Kabupaten Jombang
  4. Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Tulungagung
Kabupaten Kediri memilki topografi wilayah yang cukup beragam dengan rata-rata ketinggian tanah antara 0 – 500 dari permukaan laut (dpl). Wilayah bagian utara-selatan Kabupaten Kediri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 200 meter dpl, sementara pada wilayah bagian barat – timur merupakan wilayah perbukitan dan bergelombang.
Secara geologis, karakteristik wilayah Kabupaten Kediri dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
  1. Bagian Barat Sungai Brantas, merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan Gunung Klotokdan sebagian besar daerah kurang subur;
  2. Bagian Tengah, merupakan dataran rendah yang sangat subur, melintas aliran sungai Brantas dari selatan ke utara yang membelah wilayah Kabupaten Kediri;
  3. Bagian Timur Sungai Brantas, merupakan perbukitan kurang subur yang membentang dari Gunung Argowayang di bagian utara dan Gunung Kelud.

PETILASAN SRI AJI JAYABAYA



Petilasan Sri Aji Joyoboyo adalah sebuah petilasan atau tempat semedi raja dari kerajaan Kediri, yaitu Raja Joyoboy. Selain sebagai Raja Kediri pada abad XII, Joyoboyo juga terkenal dengan kitab " JONGKO JOYOBOYO " yang berisi tentang ramalan-ramalan kejadian di masa yang akan datang.Petilasan ini merupakan situs bersejarah yang terletak di 15 Km dari pusat kota Kediri.
Selayaknya tempat bersejarah, petilasan ini banyak dikunjungi oleh mereka yang ingin melihat beberapa peninggalan seperti, Sendang Tirto Kamandanu, Palinggihan Mpu Mharadah dan Arca Totok Kerot. Selain itu, banyak pula yang mengunjungi untuk berziarah, dengan puncak kunjungan terjadi pada 1 Suro, pada kalender JaWA

GOA SELOMANGLENG

Gua Selomangleng merupakan objek wisata populer di Kotamadya Kediri yang berada di utara kota dan dilengkapi akses jalan raya yang mulus, tersedia angkutan kota dan dekat dengan universitas serta SMA Negeri di Kota Kediri. Dinamakan Selomangleng dikarenakan lokasinya yang berada di lereng bukit (bahasa Jawa: Selo = batu, Mangleng = miring), kira-kira 40 meter dari tanah terendah di kawasan. Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam yang berukuran cukup besar, sehingga nampak cukup menyolok dari kejauhan.


Keistimewaan

Sepintas tidak ada yang istimewa di gua batu ini, keunikan baru terlihat begitu mendekati pintu gua. Beberapa meter dibawah mulut gua terdapat beberapa bongkahan batu yang berserakan. Sebagian diantaranya terdapat pahatan, menandakan bahwa tempat ini sudah pernah disentuh manusia. Berbagai corak relief menghiasai dinding luar gua, diantaranya ada yang berbentuk manusia.
Melongok ke dalam gua, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut pengunjung. Tidak heran bila ada beberapa pengunjung yang takut atau berfikir panjang sebelum memutuskan untuk memasukinya. Kesan mistis terasa kental sekali saat berada di dalamnya. Beberapa pengunjung nampak buru-buru keluar setelah tidak lama memasuki ruang karena, dikarenakan tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat.
Gua yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak ada stalagtit maupun stalagmit yang umum dijumpai pada gua-gua alam. Terdapat tiga ruangan dalam gua, dari pintu masuk kita akan tiba di ruangan utama yang tidak begitu lebar dengan sebuah pintu kecil di sisi kiri dan kanan untuk menuju ruangan lain dari dalam gua.


KEISTIMEWAAN

Dari cerita yang beredar, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.
Terlepas dari gelap dan pengapnya suasana dalam gua, objek wisata Gua Selomangleng patut dikunjungi saat anda berada di Kediri. Tak jauh dari lokasi gua ini juga terdapat museum Airlangga yang merupakan museum purbakala yang bisa dikunjungi dan banyak sekali menyimpan benda-benda arkeologi berupa patung/arca. Dan sekarang, Goa Selomangleng diberi fasilitas lain seperti kolam renang dengan aneka wahananya dan juga arena bermain anak.

Rabu, 02 September 2015

GEREJA POHSARANG

 

Sejarah

Gereja Katolik di Pohsarang didirikan atas inisiatif pribadi dari Romo Jan Wolters CM dengan bantuan arsitek terkenal Henri Maclaine Pont pada tahun 1936. Keindahan arsitektur Gereja Pohsarang melekat pada dua nama ini, arsiteknya Ir Maclaine Pont dan pastornya Romo Jan Wolters CM. Ir. Henricus Maclaine Pont sangat pandai dalam membentuk keindahan bangunan Gereja yang mengukir kebudayaan Jawa; sementara Romo Wolters sebagai inisiator memberi roh pengertian mendalam tentang makna sebuah bangunan Gereja dengan banyak simbolisme untuk katekese iman Katolik. Dalam konteks karya misi Gereja Katolik di Keuskupan Surabaya, Romo Wolters dikenal sebagai "rasul Jawa" (bersama Romo van Megen CM dan Romo Anton Bastiaensen CM). Disebut "rasul Jawa", karena sebagai misionaris Belanda ia sangat mencintai dan menghormati orang Jawa, bahasa Jawa dan kebudayaan serta nilai-nilai kejawaan. Romo Jan Wolters CM adalah pastor di paroki Kediri pada waktu itu. Insinyur Maclaine Pont juga yang menangani pembangunan museum di Trowulan, Mojokerto, yang menyimpan peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit. Sehingga bangunan Gereja Pohsarang mirip dengan bangunan Museum Trowulan. Sayang bahwa gedung museum di Trowulan itu sudah hancur pada tahun 1960 karena kurang dirawat dengan baik sebab kurangnya dana untuk pemeliharaan dan perawatan. Romo Wolters, CM, minta agar sedapat mungkin digunakan budaya lokal dalam membangun gereja di stasi Pohsarang, yang merupakan salah satu stasi dari paroki Kediri pada waktu itu.

Gereja "Di antara" Dua "Dunia"

Dalam inkulturasi dikenal istilah "locus theologicus" atau konteks teologi. Beriman Kristiani mendasarkan diri pada kebenaran-kebenaran Wahyu dan komunikasi dengan bahasa dan nilai-nilai luhur kebudayaan yang menjadi "locus" hidup sehari-hari. Gereja Pohsarang bukan sekedar sebuah bangunan indah, tetapi juga tempat dimana umat Katolik bersimpuh dengan penuh iman, beribadat dengan ketakwaan dan menyembah Allah secara khusuk. Gereja adalah wilayah "perjumpaan" Tuhan dengan umat-Nya. Menarik untuk memperhatikan pilihan Romo Jan Wolters mengenai tempat pembangunan Gereja Kraton Jawa yang megah ini di sebuah desa Pohsarang yang pada waktu itu terbilang wilayah terpencil. Mengapa Pohsarang? Armada Riyanto CM dalam Membangun Gereja dari Konteks (2004) mengatakan bahwa perjumpaan dengan Tuhan akan memiliki makna yang mendalam, indah, dan inkulturatif bila dijalankan di wilayah pergumulan rohani peradaban hidup manusia-manusia setempat. Pohsarang sebagai sebuah desa memang memiliki keistimewaan tersembunyi, terletak "di antara" kota Kediri dan gunung Wilis. Dahulu Kediri adalah emblem peradaban dunia, sebab pernah mengukir peradaban tinggi kejayaan manusia dalam kerajaan Kediri yang sangat termasyhur itu. Kediri seolah mengukir peradaban keluhuran kebudayaan tinggi manusia. Sementara, "gunung" dalam kitab-kitab kuno dipadang sebagai tempat suci "para dewa" (konon Raja Erlangga wafat dengan bersemedi di gunung Wilis ini). Gunung lantas seolah mengukir peradaban keabadian, wilayah kemuliaan dan tempat tinggal "para dewa." Sementara Pohsarang berada "di antaranya" (bila mengutip istilah postmodern, "in between"). Pohsarang sebagai wilayah seolah memiliki karakter rohani "di antara" dunia manusia ("di bawah") dan dunia "di atas". Maka, Pohsarang sebagai wilayah terpencil memang memiliki "makna rohani" yang dipandang sebagai tempat perjumpaan antara Tuhan dan manusia; dan hal itu ditangkap providentially oleh Romo Jan Wolters CM dan diwujudkannya dalam sebuah Gereja megah nan indah, sebuah Gereja Keraton Jawa, sebuah Gereja dimana manusia-manusia bersimpuh, bermeditasi, memuji, berjumpa dengan Tuhan, Rajanya. Pohsarang seolah-olah menjadi sebuah tempat dimana manusia "meninggalkan" wilayah kesehariannya untuk menyatukan diri dengan Tuhan dalam sebuah perjumpaan meditatif. Secara simbolik, desa Pohsarang lantas seakan merupakan wilayah yang "menyatukan" manusia dan Tuhan, Sang Rajanya.

Sumber :  id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Pohsarang

AIR TERJUN NDOLO



Air Terjun Dolo adalah salah satu tempat wisata air terjun yang terletak di Dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Air terjun ini berada di bagian timur lereng Gunung Wilis (2.850 meter), yang memiliki ketinggian 125 meter dan 1800 meter di atas permukaan laut (dpl). Air terjun Dolo berjarak 4 meter dari air terjun Irenggolo yang dibatasi oleh banyak pepohonan dan hutan, yang juga masih terletak di kawasan Besuki. Debit air yang dicurahakan air terjun ini tidak terlalu deras, namun memiliki suhu air yang sangat dingin. Tumpahan air yang jatuh dari atas terbagi atas tiga bagian, mulai dari bagian yang paling tinggi sekitar 90 meter dan dibawahnya sekitar 2-5 meter. Air terjun Dolo terletak di kawasan pegunungan, sehingga selain suhu udaranya dingin, seringkali kawasan di sekitar air terjun dan akses jalan menuju ke sana tertutup oleh kabut.

AKSESBILITAS

Air terjun Dolo bejarak kurang lebih 25 kilometer dari pusat Kota Kediri, dan dapat ditempuh 2 jam dari Pare, Kabupaten Kediri. Untuk menuju ke air terjun Dolo, jika dari pusat Kota Kediri ke arah barat lalu melalui Pohsarang, Kecamatan Semen. Akses jalan menuju ke air terjun Dolo berliku-liku karena terletak di kawasan pegunungan. Namun pemerintah Kabupaten Kediri telah membangun sarana jalan yang lebih halus dan lebar dari sebelumnya, sehingga lebih memudahkan para pengunjung yang datang baik dari arah kota Kediri maupun dari arah Ponorogo Setelah sampai di tempat parkir, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Untuk mencapai lokasi air terjun Dolo, pengunjung diharuskan melewati dan menuruni ratusan hingga ribuan anak tangga yang berjarak kurang lebih 1 kilometer.

 

FASILITAS WISATA

 Objek wisata air terjun Dolo memiliki beberapa fasilitas pendukung untuk para pengunjungnya, seperti warung makan atau kantin dan mushala. Selain itu di sekitar kawasan air terjun juga menyediakan fasilitas untuk tempat olahraga lari pagi (jogging track) dan mendaki (hiking area). Disini juga terdapat taman bermain (play ground) dan tempat perkemahan (camping ground) untuk pengunjung yang ingin bermalam dengan mendirikan tenda. Bagi para pengunjung yang ingin bermalam lebih nyaman, mereka bisa menginap di beberapa villa yang berada tidak jauh dari lokasi air terjun yang berjarak sekitar 4 kilometer. Beberapa meter dari air terjun, terdapat kebun sayur dan stroberi di sebuah pondokan yang terbuat dari bambu. Untuk wisatawan yang berkunjung dapat membeli sayuran dan stroberi yang masih segar atau dapat memetiknya sendiri.


Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Air_Terjun_Dolo



GUNUNG KELUD


Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang tergolong aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.
Sebagaimana Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan terakhir Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014.
Daya tarik utama wisata Gunung Kelud adalah kubah lava. Para pecinta gunung akan suka datang ke tempat ini. Tersedia jalur setapak bagi Anda yang ingin melakukan pendakian ke puncak Gunung Kelud. Di kawasan wisata Gunung Kelud, Anda dapat menikmati sejumlah kegiatan yang menarik. Di antaranya adalah flying fox, mandi air panas, serta panjat tebing.
Menuju kawasan puncak Gunung Kelud sejak tahun 2004 hubungan jalan darat telah diperbaiki untuk mempermudah para wisatawan serta penduduk. Gunung Kelud telah menjadi obyek wisata Kabupaten Kediri dengan atraksi utama adalah kubah lava. Di puncak Gajahmungkur dibangun gardu pandang dengan tangga terbuat dari semen. Pada malam akhir pekan, kubah lava diberi penerangan lampu berwarna-warni[34]. Selain itu, telah disediakan pula jalur panjat tebing di puncak Sumbing, pemandian air panas, serta flying fox.
Tindakan Kabupaten Kediri membangun kawasan wisata ini mendapat protes dari Kabupaten Blitar, yang menganggap wilayah puncak Kelud merupakan wilayahnya[35]. Sengketa wilayah ini terutama meruncing setelah turunnya Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/113/KPTS/013/2012 yang menyatakan bahwa kawasan puncak Kelud merupakan wilayah Kabupaten Kediri.


Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kelud